Semua jenis penyu memiliki racun yang dinamakan Chelonitoxic, terutama penyu sisik
Istilah keracunan penyu disebut dengan Chelonitoxism
Kandungan di dalam Chelonitoxic itu antara lain:
Logam berat (Cadmium dan Mercury)
Biotoxic, seperti yang terkandung pada alga biru dan hijau (lyngbyatoxin A from Lyngbya majuscula) yang juga merupakan makanan dari penyu tersebut
Campuran senyawa organik pestisida (chlordane and polychlorinated biphenyls)
Dampak dari Chelonitoxism antara lain adalah pusing, muntah, pembengkakan otak, gelisah dan koma.
Walaupun dampak berbahaya dari makan penyu sisik ini terjadi di seluruh dunia, namun masyarakat masih tetap memakan penyu ini.
KERACUNAN MASAL MICRONESIA
Terdapat pesta penyu yang diadakan pada tanggal 15 Oktober 2018 di Micronesia jam 16:00
Pada tanggal 15 Oktober 2010 dilaporkan tiga anak mendadak meninggal dunia dan 20 orang dewasa dilarikan ke rumah sakit setelah mengkonsumsi hidangan dari penyu sisik. Beberapa orang dewasa dilaporkan mengalami radang tenggorokan dan 6 anjing mati
Kasus 1: seorang anak perempuan 5 tahun mengalami mual dan muntah setelah 24 jam makan daging penyu, dirinya mengeluhkan haus yang sangat, tetapi dirinya menolak diberikan minum dalam bentuk apapun. Setelah 36 jam anak tersebut tidak sadarkan diri dan meninggal tidak lama setelahnya.
Kasus 2: adalah seorang balita dua tahun perempuan adik dari Kasus 1. Ibunya mengatakan bahwa balita ini bangun dengan keluhan gatal-gatal, sakit perut dan rewel. Balita ini tenang setelah diberikan ASI oleh ibunya (yang juga mengkonsumsi daging penyu). Beberapa saat setelah pemberian ASI ini balita ini meninggal.
Kasus 3: adalah seorang balita dua tahun laki-laki yang tidak memakan daging penyu, namun mendapatkan ASI dari ibunya yang memakan daging penyu dalam jumlah besar. Anak ini mengalami diare dan meninggal dua hari setelah pesta penyu tersebut.
Kasus 4: adalah seorang laki-laki usia 21 tahun yang memakan penyu dalam pesta tersebut (15 Oktober 2010 pukul 16:00). Setelahnya dia mengatakan mengalami pusing tetapi tidak muntah. Pada malam harinya pria tersebut muntah 10 kali, kemudian tidur. Pagi harinya dia merasa baikan dan pergi melaut. Namun kemudian dia mengalami haematemesis (muntah darah karena pendarahan lambung) dan dievakuasi ke rumah sakit menggunakan kapal. Di dalam kapal laki-laki tersebut meronta dan tidak dapat mengenali keluarganya. Supir ambulance mengaku bahwa laki-laki tersebut berbau aneh yang tidak pernah dia alami sebelumnya. Di rumah sakit dia gelisah dan melakukan perlawanan, sehingga dirinya harus dibius. Dia harus mendapatkan arsupan cairan intravena dan ditempatkan di ruang perawatan intensif. Berdasarkan pengamatan para dokter pasien ini mengalami pembengkakan otak, dan berdasarkan pengamatan syaraf ditemukan bahwa pasien menderita kelumpuhan total dengan tidak ada tanda-tanda kehidupan dari pupil matanya. Keadaannya tetap seperti itu hingga tanggal 21 Oktober 2010 hingga mengalami stress pada sistem pernapasannya dan harus mendapatkan bantuan pernapasan lewat mesin. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 04:00 atas permintaan keluarganya pihak rumah sakit melepas alat bantuan napas mekanik dan meninggal segera setelahnya.
Kasus 5: adalah saudara laki-laki dari kasus 4 yang mengalami pusing-pusing tiga jam dari pesta makan daging penyu tersebut, namun tidak muntah. Dirinya melaporkan rasa haus yang sangat. Pada hari ke 3 dia melaporkan sakit kepala, demam, lemah, disorientasi dan gelisah. Dia segera dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan masukan cairan anti racun di intravena pada tanggal 19 Oktober 2010. Selanjutnya pihak rumah sakit mengatakan bahwa pasien mengalami kegelisahan yang sangat dan melawan sehingga terpaksa dibius. Laki-laki ini meninggal jam 01:00 pada tanggal 21 Oktober 2010.
Kasus 6: adalah anak laki-laki usia 4 tahun yang mengalami muntah pada tanggal 16-17 Oktober 2010. Setelah itu baik-baik saja hingga dirinya melaporkan radang tenggorokan pada tanggal 21 Oktober 2010. Pada pagi hari tanggal 22 Oktober 2010 dia muntah satu kali, pingsan dan kemudian meninggal.