Hingga tahun-tahun yang lalu, para ahli benar-benar tidak tahu kemana tukik-tukik pergi setelah mereka menetas dan mencapai laut. Mereka hanya menebak dan saling berdebat tentang arah tukik dan tahapan apa saja yang dilalui oleh tukik.
Namun tidak lama lalu sekelompok tim peneliti yang dibiayai oleh The Batchelor Foundation telah mengungkapkan rahasia kehidupan mahluk “enigmatic” (penuh dengan teka-teki) ini.
Penelitian itu menitik-beratkan pada upaya memonitor pergerakan tukik dengan mengerahkan sebuah alat satelit telemetri mini yang dipasang pada karapas (punggung) tukik. Syaratnya alat itu harus cukup kuat dan bertenaga konstan sehingga mampu mengirim signal ke satelit, namun juga harus cukup kecil sehingga tidak mengganggu aktivitas tukik itu.
Tim peneliti itu “dipersenjatai” beberapa buah satelit telemetri berukuran super mini sehingga dapat disematkan di punggung tukik yang kecil itu. Namun alat itu cukup bertenaga karena memiliki sistem batery yang disuplai energi oleh panel surya mungil.
Tidak gampang meletakan alat satelit telemetri tersebut di punggung tukik, karena:
Bila alat dipasang langsung di karapas tukik itu maka kemungkinan besar alat itu dapat jatuh dan hilang dalam kurun waktu dua minggu saja. Seorang ahli harus melapiskan sebuah pasta khusus untuk menghambat pertumbuhan karapas pada bagian yang akan dipasangkan alat, namun dipastikan tidak mengganggu pertumbuhan tukik. Kemudian alat satelit telemetri itu dipasang dengan menggunakan sebuah lem khusus. Dengan demikian maka dipastikan maka alat akan tetap menempel di karapas tukik hingga beberapa bulan.
Hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa ada varian yang besar antara tukik-tukik yang dipasangkan alat. Dalam monitoring itu diketahui bahwa sebagian tukik dapat melakukan migrasi hingga 100 mil dalam 7 hari. Sebuah fakta yang sangat mengagumkan untuk seekor binatang mungil ditengah laut yang ganas.
Namun perlu diketahui bahwa tukik sebenarnya tidak berenang sejauh itu. Tukik itu disebut memiliki gaya berenang pasif, yaitu tukik hanya berenang menjauhi dari pulau atau pantai di mana mereka menetas, kemudian secepatnya masuk kedalam arus laut dan “beristirahat” di sana mengikuti arus kemanapun mereka hanyut.
Yang perlu digaris-bawahi, temuan ini mengungkapkan bahwa tukik itu tidak berenang berputar-putar di sekitaran pantai saja, namun mereka sudah melakukan perjalanan jauh sedari awal mereka masuk ke dalam air.